Radiosmartfm.com - Imbas ketegangan geopolitik global menjadi penyebab merosotnya harga Bitcoin. Pasalnya penurunan tajam tersebut telah terjadi dalam sepekan terakhir sebesar lebih dari 4,6 persen dan sempat menembus di bawah level psikologis US$100.000.
Dikutip dari Kontan.co.id, yang menunjukan data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView bahwa, pada 22 Juni 2025 harga Bitcoin merosot hingga 5%, menyentuh level terendah US$98.240 dari US$103.400 sebagai titik tertinggi.
Pernyataan Presiden AS Donald Trump soal serangan udara terhadap fasilitas Iran dinilai menjadi pemicu aksi jual besar di pasar kripto.
Menurut CoinGlass, dalam 24 jam telah terjadi likuidasi besar pada pasar kripto secara menyeluruh, dengan total kerugian mencapai US$672 juta. Kemudian pada 22 dan 23 Juni terdapat lebih dari US$238 juta dari total kerugian tersebut yang terlikuidasi, jumlah tersebut bersumber dari posisi long yang terlalu beresiko.
Baca Juga: 5 Perbedaan Emas Digital dan Emas Fisik, Mana yang Lebih Untung?
Meskipun begitu, harga BTC kembali ke atas US$100.000 akibat dipengaruhi oleh masuknya pembeli pada kisaran harga US$99.300 sampai US$98.500. Akan tetapi, kondisi ini memberikan tanda potensi penurunan dalam jangka pendek karena terjadi penumpukan order di kisaran US$98.000 sampai US$97.000.
Menanggapi hal tersebut, AlphaBTC selaku analisis kripto ternama menyatakan bahwa apabila ketegangan geopolitik ini terus berlanjut dan level likuiditas berada signifikan di atas US$80.000 maka zona tersebut patut diperhatikan.
“Pekan ini akan sangat menentukan arah pasar dan aset berisiko untuk sepanjang musim” ujar AlphaBTC
Melansir dari Kontan.co.id , Fahmi Aluttaqin selaku Analis Reku menyatakan bahwa, kondisi harga Bitcoin yang terkoreksi tajam memang memicu kekhawatiran investor karena kondisi pasar yang dinamis. Adanya tekanan jual yang tinggi juga merupakan sikap defensif investor yang tidak ingin mengambil risiko kerugian lebih besar.
“Di saat yang bersamaan, negosiasi dagang AS dengan China yang belum menemukan titik terang serta ancaman Trump untuk menaikkan tarif kepada negara-negara mitra dagangnya bulan depan semakin menimbulkan ketidakpastian bagi para investor terhadap outlook inflasi,” papar Fahmi dalam keterangannya, Senin (23/6).
Meskipun begitu, Fahmi menjelaskan bahwa kondisi ini menunjukan bitcoin memiliki kekuatan pasar yang cukup solid karena bertahan di level saat ini.