"Bukan berarti sampah itu berkah, tapi ketika dikelola dengan benar, sampah bisa bermanfaat,” ucapnya.
Warga yang telah membawa sampah anorganik minimal tiga kilogram mendapatkan kesempatan untuk menukarkannya dengan sembako, seperti gula, minyak goreng, dan mie. Penukaran dilakukan setelah proses registrasi dan penimbangan di sepuluh stand Bank Sampah Unit (BSU) yang dikoordinasi oleh Bank Sampah Induk.
Sampah yang ditimbang akan dihargai dan ditukar dengan kupon berwarna sesuai nilai ekonominya. Kupon warna pink diberikan untuk nilai di atas Rp10.000, sedangkan warna biru, putih, dan kuning menunjukkan nilai yang lebih rendah, dengan kupon kuning sebagai bonus tambahan.
"Contohnya, jika seseorang membawa 3 kg sampah dan hanya mendapat nilai Rp4.500, mereka tetap akan mendapatkan gula yang nilainya di atas Rp10.000. Ini bentuk stimulan agar masyarakat termotivasi untuk memilah dan mengelola sampahnya,” tambah Fathimatuzzahra.
Selain penukaran sembako, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan bank sampah di lingkungan sekitar warga, agar mereka bisa menukarkan sampah yang telah dipilah secara rutin.
“Kami harap masyarakat mulai memilah sampah dari sumbernya. Dari yang anorganik bisa ditukar di bank sampah, sementara yang organik bisa diolah menjadi kompos. Edukasi semacam ini sudah beberapa kali kami lakukan dan akan terus kami dorong,” ujarnya.
Dalam acara tersebut juga dirangkai dengan penyerahan bantuan dari Bank Kalsel berupa mesin pengolah sampah untuk pengelolaan limbah sisa makanan, senilai Rp30.900.000 bantuan kepada LPMK Kelurahan Banua Anyar dan kendaraan roda tiga bantuan dari PT Adaro Indonesia kepada Bank Sampah Induk Baiman Banjarmasin, yang diserahkan oleh Gubernur dan Wagub didampingi Wali Kota Banjarmasin, Pimpinan Bank Kalsel dan Pimpinan PT Adaro.