Makassar, smartFM - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar), Darwisman, menegaskan akan terus mengawal program budidaya Pisang Cavendish. Caranya dengan memberikan kemudahan akses keuangan bagi petani Pisang Cavendis di Sulsel maupun Sulbar. Bukan tanpa alasan, menurut Darwisman, potensi budidaya Pisang Cavendish sangat menjanjikan sebagai sumber ekonomi baru sektor pertanian.
"Realisasi pembiayaan KUR oleh BPD sampai dengan Oktober 2024 sebesar Rp4,95 miliar yang digunakan oleh 52 petani dengan total luas lahan 49,5 Ha," ujar Darwisman pada kegiatan Jurnalis Update yang digelar OJK Sulselbar di Makassar, belum lama ini.
Lahan pisang cavendish yang dibiayai KUR itu, lanjutnya, tersebar di tiga kabupaten yakni Bone, Pangkep dan Pinrang. Bahkan, pisang cavendish di Kabupaten Bone telah dipanen pada Oktober 2024 lalu setelah ditanam awal Desember 2023. Tidak tanggung-tanggung, Darwisman menyebut, program Pisang Cavendish terus ditingkatkan (scale up) pada 2025 mendatang.
Potensi budidaya pisang cavendish akan bertambah di 15 kabupaten di Sulsel yang sebelumnya hanya 5 Kabupaten. Adapun akses keuangan bagi petani pisang cavendish, kata Darwisman, disiapkan sebesar Rp237,28 miliar. Akses keuangan ini didukung 3 bank yakni BPD Sulselbar, BRI dan Mandiri. Sebelumnya akses keuangan hanya melalui BPD Sulselbar.
"Luas lahan juga akan bertambah dari 49,5 Ha tahun ini menjadi 2.433 Ha dari target ±500rb ha yang realisasinya secara multiyears," ungkapnya.
Baca Juga: Gencarkan, Ikhtiar OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan
Tak hanya di Sulsel, Pemprov Sulbar juga akan programkan 1.300 Hektar Pisang Cavendish. Rencana perluasan pengembangan budidaya pisang Cavendish ke Sulawesi Barat akan dibiaya oleh BPD Sulselbar melalui KUR. Adapun saat ini PT CAP selaku offtaker sedang melakukan assessment lahan petani di kabupaten Mamasa.
"Berdasarkan hasil pertemuan dengan BPD Sulselbar tanggal 11 September 2024, saat ini sudah terdapat 6 (enam) calon petani yang dalam tahap analisis kredit," ucapnya.
Darwisman memembeberkan, estimasi keuntungan bagi petani berdasarkan perhitungan offtaker tahun pertama yakni Nett Profit penjualan buah Rp 33.950.000 (panen pertama). Tahun kedua, Nett Profit penjualan buah Rp98.578.000 (panen kedua dan 75% panen ketiga). Keuntungan lainnya antara lain, peluang mendapatkan Sisa Hasil Usaha dari koperasi yang menjadi koordinator kelompok tani.
Mendapatkan pendapatan bulanan apabila budidaya dikerjakan sendiri (skema KUR). Material didistribusikan oleh Farmers Group sehingga Farmers tidak perlu repot membeli material. Mendapatkan free spray daun oleh PT NSA baik untuk tenaga kerja spraying maupun pestisidanya. Mendapatkan bantuan bibit tissue culture gratis. Serta peluang mendapatkan subsidi penunjang kegiatan budidaya dari pihak ketiga.
"Program ini akan tetap berjalan dan tidak terpengaruh dengan pergantian kepemimpinan karena ini murni business to business," pungkas Darwisman.