Radiosmartfm.com - Dalam dunia bisnis dan komunikasi perusahaan, sudah tidak asing lagi dengan fenomena employee branding atau memanfaatkan karyawan sebagai perpanjangan tangan brand.
Banyak perusahaan yang memanfaatkannya di era digital dan media sosial untuk membentuk citra yang positif di muka publik melalui perilaku dan komunikasi dari individu-individu di dalamnya.
Akan tetapi, penerapan employee branding harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi perusahaan.
Dalam wawancara bersama Smart FM pada program Smart Branding (21/07/2025), Silih Agung Wasesa, seorang pakar branding terkemuka, membagikan insight penting tentang employee branding.
Baca Juga: Future of Jobs 2025: 15 Profesi Berkembang dan yang Akan Hilang
Menurut Silih, employee branding memiliki berbagai jenis, mulai dari yang bersifat kuat (strong) sampai yang lebih halus (soft). Namun, apa pun bentuknya, tujuannya tetap sama, yaitu memperkuat pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai (values) yang dianut oleh perusahaan.
“Ada employee branding yang strong seperti satpam BCA yang asosiasinya sudah kuat di masyarakat, karena mereka menunjukan layanan BCA yang bagus. Tapi ada juga yang soft, seperti Bank Indonesia yang memberikan pelatihan kepada karyawannya agar mampu menjelaskan peranan Bank Indonesia,” jelas Silih.
Ia juga menambahkan bahwa employee branding bukan hanya berlaku untuk perusahaan besar, tetapi juga bisnis kecil, konsep ini tetap bisa diterapkan dan bahkan menjadi pembeda kuat di tengah persaingan pasar yang ketat.
Konsep dasar employee branding sendiri, tidak pernah berubah dari masa ke masa. Perbedaannya hanya terletak pada tools dan media yang digunakan. Jika dulu media konvensional jadi andalan, kini media sosial menjadi sarana utama, bahkan melalui akun pribadi para karyawan.
Baca Juga: 3 Tanda Finansial Seseorang Hidup di Kelas Bawah Tanpa Sadar