“Pada pameran itu kami tertarik dengan desain rumah yang ditawarkan pengembang dan akhirnya membayar uang pendaftaran sebesar Rp250 ribu. Tapi setelah kami melihat rumah contoh, suami saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya karena ternyata kualitas pondasinya buruk. Tidak apa-apa uang pendaftaran hangus dari pada menyesal seumur hidup,” ungkap Norlaila menirukan kata-kata suami.
Pencarian Norlaila dan suami akan perumahan bersubsidi yang layak akhirnya berakhir dengan ditemukannya pengembang di Kabupaten Banjar yang lebih mementingkan kualitas dibanding tampilan luar. Kekuatan pondasi rumah menjadi rujukannya dalam memutuskan hunian yang akan dipilih.
“Pilihan kami akhirnya di komplek ini, tidak apa-apa desainnya kurang menarik tapi di sini pondasinya kuat. Di Banjarmasin dan sekitarnya ini rata-rata perumahannya di atas lahan rawa, jadi pondasi rumah harus diperhatikan. Alhamdulillah di sini tanahnya lumayan luas yaitu 120 meter persegi, masih ada tanah luas disamping rumah lagi,” sambung Norlaila.
Saya pun menanyakan kepada Norlaila terkaitnya alasannya memilih BRI sebagai bank penyalur KPR. Sebelum akad jual beli rumah pada Agustus 2017, ia mengaku ditawarkan 2 bank BUMN yang akan membiayai kredit rumahnya. Ia pun dengan mantap memilih BRI, karena kantornya ada hingga di tingkat kecamatan.
“Waktu itu kami ditawari BRI dan BNI, kami putuskan BRI karena enak kantornya ada sampai kecamatan. Sewaktu-waktu pas kami pulang kampung mudah saja kalau mau setoran ke bank untuk angsuran rumah,” jelas Norlaila lagi.
Dengan tenor 15 tahun, ia mengalokasikan uang sebesar Rp1 juta setiap bulan. Tidak terasa menurut Laila cicilan rumahnya sudah memasuki tahun ke-8, dan sekitar 7 tahun lagi akan lunas.
“Alhamdulillah kami sudah punya rumah sendiri dan sangat layak untuk ditempati, ini sudah jalan 8 tahun,” bebernya lagi.
Seakan mengamini pernyataan Norlaila, Pemimpin Cabang BRI Martapura, Subkhan Efendi pada berita sebelumnya menjelaskan, dari pada menyewa kontrakan yang dibayar setiap bulan, lebih baik menyicil rumah yang pada akhirnya akan menjadi hak milik sendiri.
“Dari pada ngontrak kan, KPR ini jangka waktunya bisa sampai 20 tahun,” terang Subkhan.
Dijelaskan Subkhan, dengan cicilan Rp800 ribu per bulan selama 20 tahun, masyarakat sudah dapat memiliki rumah tipe 36 dengan luas tanah 120 hingga 140 meter per segi.
“Harga rumah tipe 36 sekarang itu kan Rp170 juta sampai Rp182 juta, dengan cicilan lebih kurang Rp800 ribu masyarakat sudah dapat memilikinya,” imbuh Subkhan.
Subkhan menegaskan, angsuran dan suku bunga yang ditawarkan tetap 5 persen sampai lunas. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya perubahan angsuran di tengah jalan.
“Kami jamin angsuran dan bunganya tetap sampai lunas, sisanya kan disubsidi pemerintah,” janjinya.
Ditambahkan Subkhan, pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman dengan 66 pengembang yang menjadi mitra dalam menyediakan rumah bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Hal itu untuk mendukung program 3 juta rumah yang dicanangkan Presiden RI, Prabowo Subianto.
“Kita dukung sepenuhnya program 3 juta rumah yang dicanangkan bapak presiden,” tandas Subkhan