Jakarta, Radiosmartfm.com- Berhasil mencatatkan kinerja positif pada 2024, sektor jasa keuangan diprediksi akan kembali dihadapkan dengan sejumlah dampak dari risiko ketidakpastian global pada 2025. Langkah transformatif dalam program prioritas dapat menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan ke level yang lebih tinggi dan mencapai visi Indonesia emas.
Di tengah berbagai dinamika yang terjadi pada 2024, seperti tingginya tensi geopolitik, divergensi pemulihan ekonomi, dan fragmentasi perdagangan global, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja positif 5,03 persen secara tahunan. .
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, indikator kinerja sektor jasa keuangan pada 2024 positif dan didukung fondasi permodalan yang solid, likuiditas mencukupi dan profil risiko yang terkelola dengan baik.
Mahendra mengatakan indikator likuiditas berada di atas ambang batas minimum dengan solvabilitas industri jasa keuangan terpantau solid bahkan sektor perbankan menorehkan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 26,69 persen atau tertinggi di antara negara-negara kawasan.
“Kondisi ini tentunya merupakan modalitas bagi sektor jasa keuangan untuk tetap berdaya tahan dalam menghadapi kerentanan dan guncangan eksternal,” ungkapnya dalam sambutan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025 di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Sektor perbankan Indonesia menunjukan performa positif dengan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar Rp 7.827 triliun atau tumbuh sekitar 10,39 persen. Sementara itu di sektor pembiayaan, piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92 persen menjadi Rp 503,43 triliun.
Di sisi lain, intermediasi non konvensional seperti outstanding pembiayaan pinjaman dalam jaringan (pinjaman daring) fintech peer to peer lending tercatat Rp 77,02 triliun, angka ini tumbuh 29,14 persen.
Pembiayaan produk buy now pay later (BNPL) yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan pembiayaan masing-masing tercatat Rp 22,12 triliun dan Rp 6,82 triliun atau tumbuh masing-masing 43,76 persen dan 37,6 persen. Lalu industri pegadaian tercatat sebesar Rp 88,05 triliun atau tumbuh 26,9 persen.
Penghimpunan dana di pasar modal berhasil melampaui target di atas Rp 200 triliun yaitu mencapai Rp 259,24 triliun. Di sisi permintaan, jumlah investor pasar modal mengalami pertumbuhan enam kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 14,87 juta investor per akhir Desember 2024.
Namun demikian Mahendra juga menyampaikan bahwa tantangan dan ketidakpastian yang akan dihadapi di 2025 diperkirakan tidak akan lebih mudah.
“Di tengah downside risk tersebut diperlukan langkah transformatif untuk mencapai target pertumbuhan yang diharapkan oleh karena itu kami menyambut berbagai program prioritas yang diinisiasi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ke level yang lebih tinggi dan mencapai visi Indonesia emas,” ujarnya.