Makassar, SmartFM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa terus menunjukkan komitmennya dalam menurunkan angka stunting secara signifikan. Bahkan, Pemkab telah menyiapkan skema perencanaan dan penganggaran khusus yang fokus pada intervensi gizi terintegrasi.
Hal itu disampaikan Wakil Bupati Gowa, Darmawangsyah Muin, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Gowa, dalam Lokakarya Komitmen untuk Gizi: Dari Bukti Menuju Dampak di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa (15/7).
“Target kami adalah menurunkan prevalensi stunting hingga 16,4 persen di tahun 2025. Dengan perencanaan berbasis data dan kolaborasi lintas sektor, kami yakin ini bisa tercapai,” ujar Darmawangsyah.
Ia menambahkan, Pemkab Gowa telah menyusun strategi yang menyasar langsung program-program penguatan gizi, mulai dari masa kehamilan hingga anak usia dua tahun (1000 HPK).
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gowa, prevalensi stunting di kabupaten ini menunjukkan penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, angka stunting turun dari 33 persen (2022) menjadi 21,1 persen.
“Tren ini membuktikan bahwa langkah yang kami ambil tepat sasaran. Bahkan hingga pertengahan 2024, prevalensi tercatat turun lagi hingga di bawah rata-rata provinsi,” jelasnya.
Keberhasilan ini, lanjut Darmawangsyah, merupakan buah dari konsistensi program, penguatan koordinasi, dan peningkatan peran lintas sektor, termasuk keterlibatan aktif masyarakat.
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja, memberikan apresiasi tinggi terhadap kinerja TPPS di Sulsel, khususnya Kabupaten Gowa.
“Saya senang melihat semangat dan kolaborasi nyata dari para kepala daerah. Komitmen ini adalah modal utama dalam mengatasi persoalan gizi di Indonesia,” ujarnya.
Henky juga mengingatkan bahwa tantangan gizi kini tidak hanya tentang stunting, tetapi juga mulai mengarah pada obesitas anak, yang dipicu oleh pola makan tidak seimbang di tengah urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
“Kita harus waspada terhadap dua sisi: kekurangan dan kelebihan gizi. Keduanya berdampak langsung pada kualitas generasi mendatang,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa investasi pada gizi merupakan salah satu strategi kunci menuju Generasi Emas 2045.
Berdasarkan data yang disampaikan dalam lokakarya, Provinsi Sulawesi Selatan mencatat penurunan prevalensi stunting dari 27,4 persen (2019) menjadi 23,3 persen (2023).
Henky menyebut capaian ini sebagai bukti nyata sinergi lintas sektor yang berjalan efektif.
“Kita harus mempertahankan dan memperkuat kolaborasi ini untuk menciptakan dampak jangka panjang,” tutupnya.
Lokakarya ini turut dihadiri oleh perwakilan Wakil Gubernur Sulsel, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Direktur Jenewa Institute Surahmansah Said, serta jajaran OPD Kabupaten Gowa, termasuk Bappeda, Dinas Kesehatan, dan Dinas PPKB.