Find Us On Social Media :
Ilustrasi Pertambangan ()

Tumbuh Positif, Ekonomi Kalsel di Tahun 2024 Masih Ditopang Batubara

Eva Rizkiyana - Rabu, 22 Januari 2025 | 09:34 WIB

Banjarmasin, radiosmartfm.com – Perekonomian regional Kalimantan Selatan di tahun 2024 disebut tumbuh dengan stabil dan melanjutkan tren positif di tengah berbagai tantangan global dan domestik.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor pertambangan, terutama batubara, yang merupakan komoditas utama dengan andil 27,32 persen.

Dalam rilis resmi yang diterima redaksi radiosmartfm.com, jika berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih didominasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 42,33 persen.

Hal itu disampaikan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Selatan dan Tengah bersama Kementerian Keuangan Satu Kalimantan Selatan, dalam publikasi kinerja Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) pada kegiatan Assets Liabilities Committee (ALCo) di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kalimantan Bagian Selatan, Selasa (21/01).

Baca Juga: Rugikan Negara, Kanwil DJP Kalselteng Tindak 6 Tersangka Selama 2024

Secara umum, sejumlah indikator diketahui menunjukkan keadaan perekonomian Kalimantan Selatan yang masih positif di tahun 2024.

Yakni tingkat inflasi di bulan Desember 2024 sebesar 1,95 persen secara year-on-year yang lebih tinggi dari nasional yang sebesar 1,57 persen.

Tingkat inflasi diukur dari lima daerah di provinsi ini yang jadi sampel, dengan perhitungan tertinggi di Kabupaten Tanah Laut sebesar 2,90 persen dan terendah di Kabupaten Kotabaru sebesar 0,26 persen.

Dari sisi penyumbang inflasi, komoditasnya pun masih terbilang sama, yakni emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir dan minyak goreng.

Sementara itu, untuk neraca perdagangan di Kalimantan Selatan di bulan Desember tahun lalu tercatat masih surplus sebesar US$1.055,27 juta, meskipun turun -15,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga: Lebihi Target, Penerimaan Pajak di Kalsel & Kalteng Capai Rp31,65 T

Namun secara keseluruhan, tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut walaupun diakui lebih rendah dibandingkan tahun 2023.

Penyebabnya adalah turunnya permintaan dari luar negeri atas komoditas ekspor batubara dan produk kelapa sawit.

Selain itu, dari sisi impor juga ada penurunan karena peningkatan importasi bahan bakar kendaraan bermotor dan kapal kargo.